Take a fresh look at your lifestyle.

BKKBN Sumut Gelar Review Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024

28

KARO (METROJURNAL.COM) – Kepala Perwakilan BKKBN Sumatera Utara, Munawar Ibrahim, menilai pentingnya evaluasi program percepatan penurunan stunting dan Bangga Kencana pada tahun 2024.

Dalam rapat evaluasi yang melibatkan 60 peserta, termasuk kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan tim kerja BKKBN, Munawar menekankan bahwa langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, mengelola risiko, dan melakukan penyesuaian terhadap program yang belum sesuai harapan.

“Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk melihat apa yang sudah berjalan efektif dan efisien, serta mengidentifikasi apa yang masih kurang tepat sehingga bisa diperbaiki. Ini adalah upaya mitigasi agar pada akhir tahun program-program dapat mencapai target yang sudah ditetapkan,” jelas Munawar, Kamis (10/10/2024) dalam review program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting Provinsi Sumatera Utara tahun 2024 di Karo.

Ia mengatakan, program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting yang dijalankan di Sumut pada tahun 2024 merupakan kelanjutan dari rencana yang telah disusun pada tahun sebelumnya. Evaluasi semester pertama ini menjadi kunci untuk mengukur capaian dan memperbaiki kekurangan yang ada.

Dalam evaluasi, Munawar menyampaikan beberapa capaian yang sudah cukup baik, seperti tingkat penggunaan kontrasepsi modern (mCPR) yang sudah mencapai 58%, melebihi target 50,10%. Selain itu, pendataan keluarga tahun 2024 di Sumut sudah mencapai 99,34%, menunjukkan kemajuan yang signifikan.

Namun, beberapa target lainnya masih belum tercapai, seperti jumlah kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) yang baru mencapai 138.000 dari target 668.000. Munawar menegaskan, bahwa tim kerja harus bekerja lebih keras untuk mempercepat pencapaian target tersebut sebelum akhir tahun.

“Saat ini, kita masih punya waktu sekitar empat bulan lagi. Tim kerja harus lebih fokus dalam meningkatkan capaian yang masih kurang, seperti kelompok BKB dan Bina Keluarga Remaja (BKR),” tegasnya.

Program percepatan penurunan stunting juga menjadi fokus utama dalam evaluasi ini. Munawar menyebutkan, saat ini angka stunting di Sumut sudah mencapai 18,9%, namun masih ada kabupaten yang angkanya cukup tinggi, seperti 28% hingga 30%. Ia optimis, jika upaya akselerasi terus dilakukan, Sumut bisa menurunkan angka stunting hingga 14% pada akhir tahun 2024.

“Sumatera Utara on the track. Jika target 14% tercapai, itu akan menjadi pencapaian luar biasa. Yang penting, kita terus bekerja keras agar angka stunting tidak naik lagi,” tegasnya lagi.

Sebagai bentuk apresiasi atas prestasi menurunkan stunting, kata Munawar, setidaknya delapan kabupaten/kota di Sumatera Utara, ditambah satu provinsi, menerima dana intensifikasi fiskal dari pemerintah pusat. Ia menyebutkan, bahwa dana ini diberikan sebagai penghargaan atas kinerja mereka dalam menurunkan angka stunting pada tahun 2023.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si., mengungkapkan pentingnya upaya serius dalam percepatan penurunan stunting dan keberhasilan program Bangga Kencana di Sumatera Utara.

Pada rapat evaluasi yang digelar, Tavip menekankan bahwa anak-anak balita saat ini akan menjadi generasi dewasa yang harus bersaing secara global pada tahun 2045.

“Kita bicara stunting ini bukan hanya soal kesehatan, tapi juga masa depan bangsa. Anak-anak yang kita lindungi dari stunting hari ini, merekalah yang akan memimpin dan berkompetisi dengan negara lain pada 2045. Ini menjadi isu nasional karena dampaknya sangat besar,” ujar Tavip.

Ia mengatakan, program evaluasi yang dilakukan mencakup berbagai aspek, termasuk kontribusi produk dalam negeri dan inflasi yang mempengaruhi upaya penurunan stunting, serta efektivitas kebijakan di berbagai daerah.

Tavip mengakui bahwa tidak semua kebijakan selalu berhasil di setiap daerah. “Ada daerah yang mungkin membutuhkan karakter kepemimpinan berbeda untuk menerapkan program ini dengan lebih baik. Tantangan di daerah pegunungan berbeda dengan wilayah pesisir, jadi kebijakan tidak bisa disamaratakan,” ujarnya.

Bangga Kencana sendiri adalah program kependudukan, pembangunan keluarga, dan keluarga berencana yang menjadi prioritas pemerintah. Melalui evaluasi ini, capaian pada semester pertama tahun 2024 diukur, termasuk angka kelahiran, total fertilitas. Hasil evaluasi ini akan dijadikan acuan untuk akselerasi program di sisa tahun 2024.

Perbedaan angka stunting di berbagai daerah menjadi perhatian khusus. Tavip menjelaskan, di Sumatera Utara, variasi angka stunting antar wilayah, seperti Dairi dan Karo, sangat signifikan. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan afirmatif yang lebih spesifik untuk daerah-daerah dengan angka stunting yang masih tinggi.

“Untuk menurunkan stunting, kita harus punya strategi berbeda di setiap daerah. Tidak bisa satu kebijakan diterapkan sama rata. Daerah yang angkanya tinggi perlu diberi perhatian khusus, baik dari sisi sumber daya maupun strategi operasional,” imbuhnya.

Selain fokus pada stunting dan Bangga Kencana, Tavip juga menyoroti pentingnya kebijakan untuk lansia di tengah meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia. Menurutnya, lansia harus didorong agar tetap produktif, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat. “Ke depan, kita harus memikirkan kebijakan ramah lansia, seperti yang dulu kita buat untuk anak-anak. Lansia yang sehat dan produktif adalah aset bangsa, bukan beban,” ujarnya. (YS)